Terima Kasih Cinta
Betul, belakangan ini aku semakin sibuk di kampus. Alasannya biasa, mengejar persiapan ujian akhir, disertasi. Aku harus mencapai target untuk selesai tahun ini, deadlinenya tinggal hitungan hari. Tapi waktu yang diperlukan, sangat tidak biasa, serasa tak akan cukup sampai dibatas waktunya, hari-hari terahir ini penuh dengan diskusi dan revisi, tak banyak yang bisa dikerjakan dirumah...
Untunglah suami sangat pengertian, jadi aku terbantu sekali. Yang membuat gelisah hanya satu, ketakutan kalau gadisku semata wayang merasa kurang akan perhatianku. Karena masih kecil, tak bisa kuharapkan ia akan mengerti dengan alasanku berpisah darinya terlalu lama setiap hari. Pergi pagi, pulang malam sekali, termasuk di hari libur. Kasihan Jilannisaku..., tak sempat lagi kita maka malam bersama, memandikanmu, apalagi bermain dan menemanimu membaca
Tapi lihatlah yang terjadi. Semakin aku sibuk, semakin aku cemas, sikecil tak pernah rewel, malah menghujaniku dengan aneka hadiah.
Setiap hari !.
Entah prakarya dari sekolahnya,atau temuannya saat bermain, bunga liar yang dirangkai kedalam botol kecil, coretannya, semua didedikasikan buat mamanya, diriku, insan biasa, yang punya banyak kelemahan ini…
"Peresento buat mama", katanya selalu dengan manja, ia begitu pemurah...
Seolah ia mengerti, seakan tahu aku cemas, dan seolah menyemangati...
Tadi malam, hadiah untukku adalah sebuah buket bunga dari Jilannisa, yang diciptakan sendiri olehnya dari gulungan iklan supermarket warna-warni. Tak kusangka, kertas yang biasanya tak kuperhatikan itu berubah demikian cantik disentuh jari-jari mungilnya.
Lebih kuhargai lagi, imajinasi dan niatnya memberiku "bunga". Suamiku mengatakan bahwa ia sendiri juga tak menduga. Saat gadisku menyerahkannya dengan mata berbinar penuh rindu, aku hanya mampu berterimakasih dan memeluknya rapat- rapat.
Selebihnya, rasa haru dan syukur yang dalam padaNYA.
Terimakasih cintaku…
Kanazawa, 4 July 05