Wednesday, September 14, 2005

Terima Kasih Cinta


Betul, belakangan ini aku semakin sibuk di kampus. Alasannya biasa, mengejar persiapan ujian akhir, disertasi. Aku harus mencapai target untuk selesai tahun ini, deadlinenya tinggal hitungan hari. Tapi waktu yang diperlukan, sangat tidak biasa, serasa tak akan cukup sampai dibatas waktunya, hari-hari terahir ini penuh dengan diskusi dan revisi, tak banyak yang bisa dikerjakan dirumah...

Untunglah suami sangat pengertian, jadi aku terbantu sekali. Yang membuat gelisah hanya satu, ketakutan kalau gadisku semata wayang merasa kurang akan perhatianku. Karena masih kecil, tak bisa kuharapkan ia akan mengerti dengan alasanku berpisah darinya terlalu lama setiap hari. Pergi pagi, pulang malam sekali, termasuk di hari libur. Kasihan Jilannisaku..., tak sempat lagi kita maka malam bersama, memandikanmu, apalagi bermain dan menemanimu membaca

Tapi lihatlah yang terjadi. Semakin aku sibuk, semakin aku cemas, sikecil tak pernah rewel, malah menghujaniku dengan aneka hadiah.
Setiap hari !.
Entah prakarya dari sekolahnya,atau temuannya saat bermain, bunga liar yang dirangkai kedalam botol kecil, coretannya, semua didedikasikan buat mamanya, diriku, insan biasa, yang punya banyak kelemahan ini…
"Peresento buat mama", katanya selalu dengan manja, ia begitu pemurah...
Seolah ia mengerti, seakan tahu aku cemas, dan seolah menyemangati...

Tadi malam, hadiah untukku adalah sebuah buket bunga dari Jilannisa, yang diciptakan sendiri olehnya dari gulungan iklan supermarket warna-warni. Tak kusangka, kertas yang biasanya tak kuperhatikan itu berubah demikian cantik disentuh jari-jari mungilnya.

Lebih kuhargai lagi, imajinasi dan niatnya memberiku "bunga". Suamiku mengatakan bahwa ia sendiri juga tak menduga. Saat gadisku menyerahkannya dengan mata berbinar penuh rindu, aku hanya mampu berterimakasih dan memeluknya rapat- rapat.
Selebihnya, rasa haru dan syukur yang dalam padaNYA.

Terimakasih cintaku…

Kanazawa, 4 July 05

Jilannisa dapat penghargaan...Alhamdulillah...


Pukul 8. 30 malam waktu itu, Jilannisa Hanifa (3 th), gadisku terkasih, menyambutku dengan penuh keceriaan di pintu apartemen kecil kami. Wajah manis yang kurindukan, menghambur
ke dalam pelukanku.

"Mama, aitakatta yo.. (mama, Aku kangen..sekali....)" katanya dengan wajah dan intonasi sendu campur senang.

"Mama juga sayang.." kataku senang sambil mencium kedua pipinya.

Karena sejak berusia 8 bulan sudah harus sekolah, mau tidak mau bahasa Jepangnya
lebih lancar dari bahasa Indonesia. Walaupun begitu sebisa mungkin aku
berbahasa Indonesia dengannya, tapi, walaupun kelihatannya mengerti apa yang kukatakan, tetap saja yang keluar dari mulut mungilnya adalah bahasa yang didapatnya dari sekolah sejak pagi sampai sore, dari Senin sampai Jumat itu..

"Koci wa (yang ini)?" tagihnya sambil menunjuk keningnya sendiri

"Ha ha...Cu", kucium dia sepuasnya dengan gemas.

"Hi hi hi", gadisku senang dan menggelinjang.

"Haik, mama ni pre-sen-to (haik hadiah buat mama)!", ia mengulurkan selembar kertas berwarna merah jambu.

"Apa ini gadis?".

"Nisa... kyou, sensei kara moratta no (Nisa dapat dari sensei hari ini)".

"Arigatou nak", kupeluk Nisa dipangkuanku.

Kubaca kertas itu dengan agak penasaran. Ternyata sebuah pernyataan atau sertifikat sederhana bahwa Jilannisa Hanifa mendapat penghargaan dari sekolah, karena dalam 3 bulan terakhir telah meminjam dan membaca 24 buku dari perpustakaan sekolahnya.
Tertulis antara lain bahwa keluarga dengan kebiasaan membaca bagi anak
sejak kecil adalah hal yang bagus sekali dan patut diteladani

"Wah...!!!??"

"Sugoi....Nisa hebat.., jouzu..!", pujiku.

"Anak papa sih..", papa mengagetkan dengan memeluk dari belakang kami berdua sekaligus.

"He he he", Nisa tertawa senang, tapi tangannya tak lepas merangkul leherku.

Keesokan harinya, ketika mengantarkan Nisa kesekolah dipagi hari, kudengarkan
keterangan sensei (gurunya) yang mengatakan Jilannisa kemaren
menerima penghargaan rajin membaca itu dalam sebuah upacara resmi
disekolah, dan ia tampil kedepan ketika dipanggil dengan penuh percaya
diri, walaupun ditonton banyak orang. Sebuah pengalaman dan penghargaan kecil bagi gadis kecilku, tapi semoga menjadi pemicu semangat yang besar baginya dan bagi
kami dalam menimba Ilmu. Amin. .

Kanazawa, Awal Juni 2005